Kamis, 31 Oktober 2013

Kajian Kontemporer SEF UGM: Carut-Marut Tata Niaga Pangan Indonesia



Kajian Kontemporer SEF UGM mengangkat tema “Carut Marut Tata Niaga Pangan di Indonesia” diselenggarakan Kamis, 10 Oktober 2013 di FEB UGM. Pembicara Triani Winastuti-aktivis mahasiswi Pertanian 2009 dan Akhmad Akbar Susamto-dosen FEB UGM, dan moderator M. Faizal Ramadhan-staf Departemen Kajian.
Triani memulai diskusi dengan sebuah pertanyaan. Apakah petani senang ketika harga pangan mahal? Jawabannya tentu petani senang karena petani lebih sejahtera. Namun, Triani ketika mewawancarai petani cabai di Kulon Progo ia mendapati bahwa petani belum sejahtera.
Sebenarnya produksi beberapa bahan dalam negeri seperti bawang putih dan cabai mencukupi kebutuhan. Namun, impor menyebabkan penurunan konsumsi barang lokal. Pemerintah berdalih bahwa impor harus dilakukan padahal impor dari luar bukan kualitas terbaik. Oleh karena itu, diperlukan ketahanan pangan. Namun, terlepas dari hal tsb kedaulatan pangan menjadi perhatian yakni bagaimana kebutuhan pangan nasional dipenuhi dengan produksi dari nasional.
Sebagai pemateri kedua adalah Akhmad Akbar Susamto, M.Phil. Menurutnya, persoalan pertanian tidak lepas dari kondisi bangsa secara menyeluruh. Kondisi menunjukkan salah insentif sehingga menimbulkan adanya pusaran besar yang memaksa terjadinya fraud atau kejahatan. Yang berperilaku disiplin dan jujur mendapatkan punishment. Yang jahat justru mendapatkan reward. Maka pilihannya adalah mengikuti arus atau dimusuhi.
Kejahatan dalam tata niaga pangan ibarat mata rantai yang tak pernah putus. Dalam proses produksi, tengkulak mengambil untung dari petani, biaya menjadi lebih besar dari pada pendapatan. Dalam proses distribusi, impor disalahgunakan untuk mencari “untung” sehingga orang bisa mendapatkan keuntungan pribadi. Namun, ekonomi konvensional tidak bisa sepenuhnya disalahkan karena buktinya di negara lain kondisinya tidak demikian.
Jika isu ini dikaitakan dengan ekonomi Islam sangat sedikit relevansinya. Sebagian besar dari kita berpikir bahwa masalah pertanian bukanlah isu ekonomi Islam.  Persoalan metodologis yang menghambat analisis adalah paradigma bahwa ekonomi Islam identik dengan syariah yang hasil akhir pendekatannya adalah halal-haram. Sehingga konsep mendasar yang penting diperhatikan bahwa ekonomi Islam tidak terbatas pada penentuan halal dan haram.
Kerangka berpikir Islam dalam memecahkan masalah ekonomi meliputi: (1) bagaimana kondisis yang ideal, misalnya tengkulak dihilangkan, subsidi, dan penentuan harga dasar; (2) evaluasi perilaku riil dalam ekonomi dengan riset; (3)  strategi pemecahan masalah, misal subsidi langsung; dan (4) implementasi solusi.
Pertanyaan mendasar kita mengapa petani miskin, salah satunya karena rendahnya harga dalam negeri sehingga insentif bertani dan keunggulan komparatif relatif rendah. Akhirnya, solusi dengan impor. Padahal menurut riset, petani Indonesia mengalami keterbatasan lahan sehingga penyimpanan terbatas dan kelangkaan mengakibatkan impor.
Petani merupakan kultur bukan pekerjaan profesional. Pendidikan rendah mengakibatkan posisi tawar rendah dan petani tidak mendapat keuntungan maksimal. Konsekuensinya, petani sulit membudidayakan lahan pertanian. Adanya stigma petani dekat dengan kemiskinan turut menurunkan perhatian terhadap pengembangan sektor pertanian.
Solusinya, perlu ada reformasi agraria. Produksi tetap dilakukan sehingga ekspor dapat dipertahankan. Abaikan keunggulan komparatif sehingga  bukan impor yang tinggi namun usaha untuk ekspor. Instrumen kebijakan menstabilkan harga tidak efektif, lebih baik subsidi secara langsung. Perlu peningkatan insentif berbentuk asuransi sehingga petani tidak ragu untuk menanam modal karena adanya asuransi.
Kesimpulan dari Kajian Kontemporer mengenai carut marut tata niaga pangan bahwa impor hampir terjadi di semua sektor. Namun, sistem konvensional tidak sepenuhnya bisa disalahkan. Peraturan yang ada cukup memadai tetapi mata rantai kejahatan perlu dihilangkan. Solusi yang bisa dilakukan tetapi membutuhkan pengkajian, bagaimana memutus mata rantai tengkulak. (Doddy-PSDM)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar